Sebagai negara tropis, Indonesia tentunya sangat cocok bila memanfaatkan PLTS atau dikenal dengan sebutan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Alasannya karena musim panas di Indonesia cukup panjang dan paparan sinar mataharinya pun stabil. Jadi, akan sangat menguntungkan kalau digunakan sebagai bahan bakar untuk produksi listrik.
Lantas, apa sih sebenarnya PLTS itu?
Melansir dari laman Kompas, PLTS merupakan pembangkit listrik yang biasanya menggunakan cahaya matahari sebagai penghasil energi listrik. Pemanfaatan energi surya ini menawarkan banyak keuntungan.
Mulai dari; ramah lingkungan, mudah dalam pemasangan, bisa digunakan untuk jangka panjang, dan dapat membantu menghemat biaya ketika membayar tagihan listrik karena sumber energi utamanya berasal dari baterai.
Lalu, gimana sejarah kemunculan PLTS?
Matahari sudah dimanfaatkan manusia sejak abad ke-7 SM. Di masa itu, matahari sangat dipuja dan dihormati. Bahkan, sekitar abad ke-3 SM, sinar matahari digunakan untuk berbagai upacara keagamaan. Di mana, orang Romawi dan Yunani memanfaatkan sinar matahari untuk menyalakan obor suci dengan memantulkan sinarnya dari sebuah cermin.
Setelah ribuan tahun berlalu atau tepatnya di tahun 1839, Edmond Becquerel, fisikawan asal Prancis berhasil menemukan efek fotovoltaik ketika melakukan sebuah eksperimen menggunakan sel yang dibuat dari elektroda logam. Pada eksperimennya, ditemukan sel yang dapat menghasilkan banyak listrik saat terkena cahaya matahari.
Setelah itu, Willoughby Smith juga menemukan selenium, senyawa kimia yang memiliki fungsi sebagai fotokonduktor. Tiga tahun kemudian, Richard Evans Day dan William Grylls Adams pun memakai prinsip fotovoltaik Becquerel. Mereka ternyata menemukan kalau selenium bisa menghasilkan energi listrik apabila terkena cahaya.
Barulah sekitar tahun 1883, Charlez Fitz, penemu asal Amerika Serikat menciptakan panel surya dari selenium dan berhasil menghasilkan sumber listrik. Inilah yang menjadi awal mula pemakaian silikon pada panel surya modern.
Puncaknya, ketika Albert Einstein di tahun 1905 menerbitkan makalah yang membahas tentang bagaimana cahaya dapat menghasilkan energi. Tulisan dari Einstein ini akhirnya membawa gebrakan besar dan banyak bidang yang mulai memanfaatkan cahaya matahari.
Semakin berkembang, pada tahun 1954 lewat tiga orang ilmuwan Gerald Pearson, Calvin Fuller, dan Daryl Chapin akhirnya terciptalah PLTS yang memakai bahan silikon yang penggunaannya dianggap lebih praktis dan jumlahnya tidak terbatas.
Wah, panjang juga ya ternyata sejarah dari PLTS baru bisa digunakan di zaman sekarang. Jadi, mari beralih ke PLTS!