Memiliki kendaraan bermotor berarti Anda harus rajin merawatnya agar performanya tetap terjaga dengan baik. Salah satu rutinitas perawatan yang tidak boleh terlewatkan adalah ganti oli mesin kendaraan secara berkala. Namun, pergantian ini tentunya tidak boleh sembarangan. Ada beberapa mitos seputar pergantian oli kendaraan yang beredar di masyarakat, dan beberapa di antaranya masih belum terbukti kebenarannya dan menyebabkan kebingungan. Nah, berikut ini beberapa mitos tersebut.
Sering terjebak kemacetan = lebih cepat ganti oli
Mungkin Anda pernah mendengar entah dari teman Anda atau mungkin bengkel langganan Anda yang mengatakan bahwa lebih sering Anda terjebak dalam kemacetan selama penggunaan mobil Anda, berarti semakin sering juga Anda harus mengganti oli mobil Anda. Ini karena macet disebutkan dapat menyebabkan penurunan pada kualitas oli. Namun, benarkah demikian? Dikutip dari situs Otodriver (5 Juni 2016), Hari Kohar, Kepala Bengkel Resmi Mitsubishi Arista Sukses Mandiri, menyebutkan bahwa kemacetan tidak berpengaruh pada penurunan kualitas oli, baik pada oli sintetik maupuan bukan. Meski begitu, ia tetap menambahkan, bila mobil kerap mengalami overheat saat terjebak kemacetan, maka sebaiknya perhatikan kualitas oli yang digunakan. Jadi, bukan kemacetanlah yang menyebabkan penurunan kualitas namun overheat yang sering terjadi ketika macet.
Dengan begitu, Anda tidak wajib mengganti oli lebih cepat meski sering terjebak kemacetan. Namun, bila Anda ingin tetap melakukannya, hal itu tidak dilarang karena memang tidak akan berpengaruh buruk pada mobil Anda, hanya saja Anda harus membayar biaya perawatan yang lebih.
Sering gonta-ganti merk oli membuat mesin kendaraan rusak
Mitos satu ini sudah pasti sering Anda dengar dan membuat banyak pengendara mobil berpikir berkali-kali sebelum mengganti oli yang dipakai dengan merk lain. Lalu benarkah mitos ini?
Ternyata mitos ini setengah benar. Sering menggonta-ganti merk oli mesin kendaraan memang bisa menyebabkan kerusakan pada mesin, bila dilakukan dengan cara yang salah. Setiap merk oli memiliki formulasi dan senyawa yang berbeda-beda, nah, percampuran antara senyawa yang berbeda inilah yang dapat menimbulkan endapan dan berdampak buruk pada performa mesin kendaraan.
Untuk menghindari dampak buruk ini, usahakanlah untuk melakukan flashing -menguras mesin dari sisa-sisa oli lama yang tertinggal- sebelum menggantinya dengan oli merk lain.
Warna Oli pekat berarti harus ganti oli
Nah, untuk mitos yang satu ini mungkin tidak ada yang sadar. Kebanyakan orang memang menjadikan perubahan warna oli sebagai indikator waktu untuk mengganti oli kendaraan. Padahal, perubahan warna oli menjadi lebih pekat justru merupakan hal yang wajar. Warna pekat pada oli sebenarnya adalah hasil kerja dari oli tersebut dari mengumpulkan partikel-partikel kecil dan mengikatnya agar tidak menjadi endapan. Hal ini sering ditemukan pada oli yang mengandung deterjen sebagai aditivenya. Tidak perlu khawatir, hal ini pun tidak akan menghalangi fungsi oli tersebut. Jadi perubahan warna oli tidak bisa menjadi patokan sebagai waktu yang tepat untuk ganti oli mesin sepeda motor.
Setelah mengetahui beberapa mitos seputar ganti oli mesin kendaraan di atas, diharapkan Anda tidak lagi bimbang ketika harus mengganti oli kendaraan Anda. Semoga bermanfaat. (raw)